Rating: 5
Halo sobat watching, berjumpa lagi di artikel bulan Maret. Kali ini saya akan membahas tentang pencitraan dan galau thingyyy ! Sebenarnya mengenai pencitraan sudah pernah dibahas oleh teman saya di artikel-artikel sebelumnya, namun sekarang saya coba membahas dari sudut pandang saya ya .
Sebenarnya sudah sejak lama saya tertarik dengan kata ‘pencitraan’ dan masalah ‘pencitraan’ yang semuanya berawal dari twitter. Ada beberapa account yang saya tahu yang rasanya sering sekali men-tweet hal-hal baik namun terkesan melebih-lebihkannya. Walaupun tidak terlalu mengurusi tapi kadang-kadang terbersit juga pikiran : kenapa lebay banget sih hal gitu aja di tweet kayak gitu?
Sebenarnya sih terserah orang itu mau tweet apa, toh twitter itu microblogging kan, you may tweet what you want to tweet. Yang ngga saya suka adalah cara orang itu melebih-lebihkan suatu hal sehingga membuat hal itu terlihat sungguh ‘wow’ dimata orang yang padahal kenyataannya ya nggak segitunya. Sebagai contoh misalnya tweet seperti ini :
“Capek banget ngurusin blablablabla. Tapi harus tetap semangat demi blablabla ” In fact, orang itu hanya duduk-duduk saja, bekerja sedikit mengeluh banyak lalu asyik dengan gadgetnya dan men-tweet untuk menaikkan image baiknya sementara orang lain bekerja keras.
Pencitraan? Let’s see.
Karena terus penasaran dengan hal itu, pada suatu kesempatan saat mentoring dengan Watching Info, saya melempar pertanyaan ini ke floor terutama ke mentor saya ‘Menurut mas dan teman-teman, seberapa penting sih pencitraan itu?’ lalu saya memaparkan latar belakang pemikiran saya mengenai pencitraan.
Ada banyak pendapat baik dari para mentors maupun teman-teman yot mengenai pencitraan, tapi intinya yang saya dapat adalah “Pencitraan itu baik, kalau memang orang tersebut melakukan hal yang baik dan mentweetnya dengan maksud berbagi semangat dengan orang-orang. Namun kalau dia melakukan pencitraan tanpa melakukan tindakan nyata, itu bukan hal yang baik. Tapi tentu saja, semua itu kembali ke orangnya, hak masing-masing orang.” Well, I get it and I agree.
Nah sekarang pindah ke tweets galau. Galau disini adalah keluhan mengenai hal buruk yang telah dilalui. Sebenarnya kembali lagi ke teori bahwa twitter itu microblogging, hak setiap orang untuk mengekspresikan pendapatnya disana. Suka follow ngga suka unfollow, that simple.
Tapi menurut sumber yang pernah saya baca (saya lupa darimana situsnya), penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang men-tweet tentang hal-hal sedih atau perasaan marah dan kecewa mereka. Jumlah tweet tentang kebahagiaan atau hal-hal yang disyukuri berada dibawah tweet-tweet ‘galau’. Padahal teori mengatakan bahwa sugesti positif membawa hal-hal positif di sekitarnya dan sugesti negatif membawa hal-hal negatif. Nah kalau kebanyakan orang men-share hal-hal negatif di twitter mereka, kebayang kan impactnya untuk para followersnya? Pundung .
“Ya kalau ngga suka tinggal unfollow aja sih. Twitter, twitter gue kok!”
Well I see guys, I see. Kembali lagi ditekankan bahwa twitter itu microblogging, terserah yang punya account mau men-tweet apa. Namun kalau kita bisa berbagi hal-hal yang positif bahkan hanya dengan melalui tweet positif, bukankah itu jauh lebih baik? Setuju? .
Tweet positif ngga melulu soal ‘quotes’ dari orang terkenal kok. Tweet positif bisa juga berupa info, rasa syukur, opini yang beralasan, kutipan lirik lagu semangat, Retweetan account bermanfaat ( @successunder25 misalnya) dan banyak lagi. Sebagai contoh kita lihat tweet @GNFI, semangat ngga baca tweet positif prestasi-prestasi dan hal baik dari Indonesia? Kalau saya pribadi, saya senang membacanya, dan membuat diri menjadi terpacu untuk mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik J\:).
Anyway, Saya juga pernah kok mentweet hal-hal galau, sedih, marah. Tapi lama kelamaan saya sadar, ngga baik berbagi kesedihan di social media, ngga baik marah-marah di social media. Bukankah kalau kita sedih dan marah-marah bahkan sampai mengumpat itu justru akan mempermalukan diri kita sendiri?
Ibu saya pernah bilang, kalau marah, lebih baik diam. Ambil wudhu, cuci muka, istighfar itu akan lebih baik dan lebih menenangkan. Bukan malah ambil handphone, buka twitter dan menulis kata-kata yang tidak seharusnya didalam twitter dan menyatakan kepada dunia : “hey gue lagi kesel dan lo semua harus tahu!” No, bukan begitu caranya .
Tapi bukan berarti dengan menulis ini saya ngga pernah galau, kesal dan menumpahkan emosi lagi di twitter. Saya manusia, memiliki banyak ekspresi dan kembali lagi ke teori microblogging dimana men-tweet apapun adalah hak setiap orang (selama tidak menyalahi norma yang ada), saya terkadang tetap menumpahkan uneg-uneg saya ditwitter, namun dengan cara yang implisit, dan kalimat yang implisit yang kiranya tidak membawa aura negatif ke seluruh umat di twitter saya.
Nah karena itu yuk teman-teman, mari kita kurangi berbagi energi negatif di twitter dengan mentweet hal-hal galau, tapi ayo kita sebarkan energi positif dengan mentweet rasa syukur, prestasi, ilmu pengetahuan, atau menjadikan ‘galau’ sebagai kata-kata yang berseni. Mentweet hal-hal positif bukan berarti sekedar pencitraan saja kok selama hal positif itu memang nyata adanya.
Yuk bersama-sama menjadi pribadi yang lebih positif dan bersemangat!
So, painting a bright tomorrow, begins here today.
I get to choose the colors, I get to have my say
By how I think today, by how I act today,
By how I live today.
I can think in the very best way.
I get to choose every day.
source : Billy Boen->YOT modified by Watching Info
Antara Pencitraan, Galau, dan Twitter
Penulis Febian on Kamis, 22 Maret 2012
Categories :
Motivasi
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Blog Ini Bersifat Do Follow yg Berarti dpt Memberikan Backlink Gratis Kpd Blog Anda Jika Berkomentar Dibawah ini :
"Komentar Harus Bersifat Membangun Dan Tidak Menjatuhkan akan Kami Hargai"