Memang, brankas pada umumnya terbuat dari besi yang kuat dan kokoh dan memiliki kode kunci kombinasi untuk membuka brankas tersebut. Sehingga tidak setiap orang yang mengetahui kode kunci brankas itu,Setiap orang bila di sebutkan dengan kata brankas, mereka pasti akan mengingat tentang lemari besi.
Ternyata ada brankas yang dibuat dari kayu, lebih tepatnya brankas yang terbuat dari kayu nangka. Sekitar lebih dari 1 abad 100 yang lalu, atau mungkin kalau hendak disebut dengan agak rinci, 104 tahun yang lalu, ternyata ada orang yang memiliki brankas, yang terbuat dari kayu.
Dahulu Brankas juga bisa disebut sebagai celengan atau tempat menyimpan uang, dan sekarang
brankas kayu itu di simpan di rumah Ribut Marsudi (76 th) di Dusun Bergan, Wijirejo, Pandak, Bantul. Sudah kelihatan lusuh. Maklum usianya sudah satu abad lebih. Tidak terawat dengan baik. Kayu nangka yang berwarna kuning tidak lagi kelihatan. Ada bagian yang sudah dimakan rayap, meski hanya sedikit.
brankas itu dipakai menyimpan uang oleh Ambyah Setraikrama Dulunya, di tahun 1904 atau bisa juga jauh sebelum tahun itu, Ambyah lahir tahun 1825 dan meninggal tahun 1953. Kemungkinan, sebelum 1904 brankas kayu sudah ada.
Tiap hari uang hasil kerja Ambyah disimpan di brankas kayu. Sampai tahun 1947, brankas itu penuh. Hampir 40 tahun lebih, Ambyah dengan sabar, tiap hari, sedikit demi sedikit menyimpan uang ke dalam brankas. Lubang yang ada di pojok brankas untuk memasukkan uang. Sedang lubang lain untuk memasukkan kayu dan mengikat dengan rantai, sehingga brankas menjadi tidak bisa dibuka, kecuali oleh Ambyah.
Hasil dari uang yang ada di brankas, oleh Ambyah dipakai membeli gamelan satu pangkon slendro, yang terbuat dari perunggu. Untuk nilai uang sekarang, gamelan perunggu harganya puluhan juta rupiah.
Setelah Ambyah meninggal, brankas tersebut oleh anaknya, Tukijan Sastroarjo namanya, tidak dipakai tempat untuk menyimpan uang. Tetapi oleh Tukijan dialihfungsikan sebagai lesung untuk menumbuk padi. Jadi, pada generasi kedua, brankas tersebut sudah beralih fungsi.
Dan Ribut Marsudi adalah anak dari Tukijan Sastroarjo. Awalnya, ia juga meneruskan tradisi ayahnya: menggunakan brankas sebagai lesung. Tetapi sekarang, brankas/lesung tidak difungsikan sebagai piranti petani. Oleh Ribut Sumardi hanya disimpan sebagai benda bersejarah, yang akan kembali dihaluskan supaya warna kayu nangkanya kelihatan.
Brankas itu kini ditaruh di bawah pohon melinjo. Terkesan lusuh memang. Namun dalam kelusuhan itu tersimpan sejarah yang berarti.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Blog Ini Bersifat Do Follow yg Berarti dpt Memberikan Backlink Gratis Kpd Blog Anda Jika Berkomentar Dibawah ini :
"Komentar Harus Bersifat Membangun Dan Tidak Menjatuhkan akan Kami Hargai"